.: Suka Kami :.

.: Silent Followers :.

08 Mei 2011

KEPASRAHAN RUMAISA BINTI MALHAN


~In the name of Allah the Most Gracious, the Most Merciful~

Sebelum Islam tersebar di kota Madinah, Rumaisa binti malhan sudah terlebih dahulu terkenal dengan kebijaksanaan, ketegasan dan tidak mudah bergantung kepada orang lain. Dia dikenali dengan pelbagai namaseperti Sahlah, Ramlah, Rumaisah, Mulaikha dan Ghumaysa. Nama penuhnya Ummi Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Hizam bin jundub bin Amir bin Ghunm bin Adiy bin An-Najjar.

Ummi Sulaim adalah isteri kepada Malik bin An-Nadr. Mereka mempunyai putera iaitu Anas ibn Malik, sla seorang sahabat karib Rasulullah S.A.W. Beliau adalah wanita-wanita terawal memeluk Islam. setelah memeluk islam beliau telah mengajak suaminya malik untuk turut sama beriman kepada agama baru ini tetapi ajakannya ditolak. Malik marah kerananya, kemudian dia meninggalkan Ummu Sulaim dan pergi ke Syam, di sanalah Malik menemui ajal.

Ummu Sulaim menjanda, karena kemuliaannya dan keluhurannya, tidak sedikit hati laki-laki yang berhasrat menikahinya, salah satunya adalah pemanah ulung kota Yatsrib –nama lama Madinah- Abu Thalhah.

Abu Thalhah datang melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim menjawab,

“Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak pantas ditolak, sayang engkau kafir dan aku seorang muslimah, aku tidak mungkin menikah denganmu.”

Abu Thalhah menjawab, “Bukan itu maksudmu kan?”

Ummu Sulaim berkata, “Lalu apa maksudku?”

Abu Thalhah menjawab, “Emas dan perak, kamu memilih orang yang beremas dan berperak lebih dariku” Ummu Sulaim berkata, “Aku tidak berharap emas dan perak, aku ingin Islam darimu. Jika kamu masuk Islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang lain.” Abu Thalhah menjawab, “Siapa yang menunjukkan Islam kepadaku?” Ummu Sulaim menjawab, “Rasulullah saw.”

Berangkatlah Abu Thalhah menuju Rasulullah saw, pada saat itu beliau sedang duduk bersama para sahabat. Manakala beliau melihatnya beliau berkata, “Abu Thalhah datang, terlihat cahaya Islam di kedua matanya.” Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu Sulaim. Seterusnya Abu Thalhah menikahinya dengan maskawin keislamannya. Tsabit – Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas – berkata, “Kami tidak mengetahui mahar yang lebih agung darinya. Dia rela Islam sebagai maharnya.”

Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim, seorang wanita yang bermata indah lagi sipit. Dari pernikahan ini Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang begitu dicintai oleh ayahnya, Abu Thalhah.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas berkata, anak laki-laki Abu Thalhah sakit, Abu Thalhah keluar dan anak tersebut wafat, ketika Abu Thalhah pulang, dia bertanya, “”Bagaimana anakku?” Ummu Sulaim, ibu anak itu menjawab, “Wahai Abu Thalhah, sejak dia sakit dia tidak pernah setenang seperti sekarang.”

Ummu Sulaim menyiapkan makan malam, Abu Thalhah menyantapnya, setelah itu Abu Thalhah menggauli istrinya, setelahnya Ummu Sulaim berkata, “Kuburkanlah anak ini.” Di pagi hari Abu Thalhah datang kepada Nabi saw, beliau bertanya, “Apakah semalam kamu berhubungan?” Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Maka Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Abu Thalhah berkata kepadaku, “Bawalah adikmu ini kepada Nabi saw.” Sambil memberikan beberapa butir kurma. Nabi saw bertanya kepada Anas, “Ada sesuatu bersamanya?” Anas menjawab, “Ada beberapa butir kurma.” Lalu Nabi saw mengambilnya dan mengunyahnya lalu meletakkannya di mulut anak itu, beliau mentahniknya dan menamakannya Abdullah.

Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Ibnu Uyainah berkata, seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku melihat sepuluh anak, semuanya hafal al-Qur`an.” Yakni anak Abdullah bin Abu Thalhah.

Dalam riwayat Muslim, anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim wafat, Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, “Jangan menyampaikan kepada Abu Thalhah, biarkan aku sendiri yang berbicara.” Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam, Abu Thalhah makan dan minum, kemudian Ummu Sulaim berhias untuknya sebaik-baiknya seperti yang dia lakukan sebelumnya, maka Abu Thalhah mendatanginya, setelah Abu Thalhah kenyang dan mendapatkan keinginannya, Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah, menurutmu seandainya ada suatu kaum yang meminjam sesuatu, lalu pemiliknya memintanya, apakah mereka berhak menahannya?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim berkata, “Memohonlah pahala kepada Allah dengan kematian anakmu.”

Abu Thalhah marah dan berkata, “Kamu membiarkanku sampai aku terkotori oleh perbuatan ini kemudian kamu mengatakan tentang anakku?” Abu Thalhah mendatangi Rasulullah saw dan menyampaikan apa yang terjadi. Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua.” Dia berkata, maka Ummu Sulaim hamil.

Dia berkata, Rasulullah saw sedang dalam perjalanan, Abu Thalhah dengan Ummu Sulaim termasuk di dalam rombongan, Rasulullah saw sendiri pada saat pulang ke Madinan dari suatu perjalanan beliau tidak pernah masuk kota di waktu malam, rombongan telah mendekati Madinah, Ummu Sulaim merasakan tanda-tanda persalinan, akibatnya Abu Thalhah sibuk mengurusinya, padahal Rasulullah saw terus berjalan.

Abu Thalhah berkata, “Ya Rabbi, Engkau mengetahui bahwa aku menyukai berangkat bersama Rasulullah saw jika beliau berangkat dan pulang jika beliau pulang, padahal saat ini aku tertahan karena sesuatu yang telah Engkau ketahui.” Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah, apa yang aku rasakan telah hilang, kita berjalan.” Ummu Sulaim melahirkan pada saat tiba di Madinah, bayinya laki-laki. Maka ibuku berkata kepadaku, “Wahai Anas, bawalah dia kepada Rasulullah saw sebelum dia disusui oleh seseorang.” di pagi hari aku membawanya kepada Rasulullah saw ..

Tiada ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

comment

.:Tinggalkan Jejak Anda :.